CERPEN REMAJA




#Disarankan apabila membaca Cerita ini sambil mendengar Lagu-lagu jatuh cinta :p Dijamin senyum-senyum sendiri :))) Saya membuat cerpen ini ketika Saya menjadi sosok Secret Admirer, Jadi saya buatnya tulus kok :p
Secret Admirer

            “Clara…Ayo bangun, ini sudah siang! Nanti kamu terlambat” Suara itu dari kejauhan terdengar sangat kencang, setiap mataku terasa kembali berat pasti suara itu akan terdengar kembali. “Iya bu!” Jawabku dengan kondisi masih mengantuk, Kupaksakan diri ini untuk menuju kamar mandi.
            “Kamu ini kebiasaan deh, Bangunnya susah, Mandinya lama. Nanti kalau terlambat yang disalahin pasti mamang.” Kata Ibuku yang sedang menyajikan sarapan untukku. Oh iya, Aku Clara, Itu tadi suara Ibuku. Aku hanya tinggal berdua bersama Ibu di rumah. Sebenarnya ada Ayah dan Kakakku, Tetapi mereka sedang sibuk dengan pekerjaannya. Ayahku bekerja di Singapore, Sedangkan kakakku bekerja di luar kota. Di rumahku juga ada Mbok dan Mamang, Mbok yang bantu-bantu Ibu di rumah, Mamang yang bagian jaga rumah, ngurus kebun, dan antar jemput Ibu dan Aku.
            “Clara berangkat dulu ya Bu, Nanti Clara pulang terlambat, Soalnya ada rapat osis sepulang sekolah nanti.” Aku berpamitan kepada Ibu dan segera bergegas ke Mobil, karena Mamang sudah siap mengantarku sekolah daritadi.
Sesampainya di sekolah, Aku langsung menuju kelas, Karena hari ini aku ada jadwal piket. Masih tampak sepi suasana di kelas, baru ada dua anak yang sudah duduk serius mengerjakan PR. “Clara, Kamu pasti udah ngerjakan PR Bahasa Inggris kan? Pinjem dong!” Kata Della. “Iya nih, Kemarin Aku sama Della ada latihan taekwondo, Jadi ya kita nggak sempat ngerjakan PRnya Mr.Randy deh!” Sahut Ika. Della dan Ika adalah sahabatku sejak SD, dan kebiasaan mereka adalah mengerjakan PR pagi-pagi di sekolah.
Good Morning Students! Please submit your homework now!” Perintah Mr.Randy, Guru bahasa Inggris di kelasku. Kelasku adalah kelas Bahasa, Jadi kebanyakan jam pelajaran kami adalah mata pelajaran bahasa. “Sorry students, Saya harus menghadiri rapat guru di Aula sekarang, Jadi kalian saya beri kesempatan untuk menyelesaikan soal-soal yang ada di bab 7 yang saya jadikan tugas rumah kemarin.” Mr. Randy tampak terburu-buru dan suasana kelas yang semula tenang dan tegang sekarang menjadi sangat gaduh.
“ Clara ikutan main kartu yuk!” Ajak Kevin. “Enggak deh makasih, Kamu main sama temen-temen yang lain aja.” Aku menolak ajakannya karena aku tidak berminat kalau yang mengajakku adalah Kevin. “Ya ampun, Neng Clara yang cantik, Jangan badmood terus dong, Nanti cantiknya luntur. Nanti kalo Akang berpaling dari Neng kan jadi sedih Neng Claranya.” Lagi-lagi perkataan Kevin membuatku sangat muak dan benar-benar membuat tekanan darahku naik. “Iuuhh, Udah deh sana. Jangan memperburuk hari Gue ya!” Kataku mulai emosi. “Ceilah sekata-kata banget Neng, masa sama Akang pake Lo gue” Balasnya sambil tersenyum menjijikkan dan untungnya si Kevin segera pergi dari bangkuku, Sebelum kulempari meja.
Kevin adalah salah satu anak di kelas Bahasa yang menyukaiku, Dia suka denganku sejak kami masuk SMA, Dia selalu mengajakku jalan hampir setiap minggu dan selalu kutolak, Dia itu menyebalkan dan genit ke semua wanita.
Teman-temanku sedang bermain kartu bersama Kevin, Della dan Ika sedang menggosip bersama si Ratu Infotaiment Rachel. Aku duduk di bangku pojokan kelas sambil menghadap ke jendela. Tampak sekumpulan siswa pria sedang bermain sepak bola di lapangan sekolah. Rupanya mereka dari kelas Sosial. Aku sedang asyik melihat pertandingan basket kelas mereka dan tiba-tiba bola mereka menuju ke arah jendela kelasku. Aku sangat terkejut. Seorang Pria datang mendekat untuk mengambil bola. Detak jantungku semakin tak karuan, Aku tidak bisa mengatur nafasku dengan normal.
“Hei! Kamu kenapa?” Teriak Pria itu kepadaku yang masih terkejut dengan bola yang hampir mengenaiku tadi, Aku tidak dapat berkata-kata dan Pria itu semakin mendekatiku. “Kamu sakit? Kok kamu pucat sih.” Katanya sambil memegang keningku. Astaga apa yang aku rasakan , Aku semakin tidak dapat mengatur nafasku dengan normal, Badanku bergetar, Tiba-tiba kepala dan mataku terasa sangat berat dan… “Bruukk…” Aku terjatuh pingsan.
“Clara bangun, Kamu kenapa?” Sayup-sayup kudengar suara Della dan Ika bersautan membangunkanku. Dengan berat aku memaksa membuka kedua mataku, kepalaku sangat pusing dan dadaku juga sakit, Aku sedang berada di ruang UKS. “Aku pingsan ya?” Tanyaku kebingungan. “Iya, Tadi kamu pingsan waktu ada Iqbal ambil bola di deket kamu.” Balas Ika cengengesan. “ Sang Putri gugup ka, Karena pangerannya menghampiri Dia yang melamun sendiri di pojokan kelas.Hahaha” Sahut Della.
“Oh, jadi anak kelas sosial yang ngambil bola itu namanya Iqbal?” Aku masih kebingungan dengan perkataan mereka. “Tuh kan ka, Sepertinya teman kita sedang jatuh cinta.” Lagi-lagi Della menggodaku. “Sstt.. Iqbal udah punya cewek kali.” Bisik Ika kepada Della. “Ya ampun teman-teman, Dia punya cewek atau enggak, Nggak ngefek banget buat aku, Kenal aja juga enggak.” Kataku. “Kalau dikenalin mau nggak?” Balas Della sambil mencubit hidungku. “Selama ini kamu nggak pernah gugup sampai pingsan ke cowok, eh pas ketemu Iqbal kok sampai pingsan begitu sih, Jangan-jangan…” Goda Ika kepadaku. “Apasih kalian itu! Udah deh kalian pulang duluan aja, Aku mau rapat osis dulu.”
Aku berjalan ke ruang osis, Dan sudah terlihat ramai di ruang osis karena rapat akan segera dimulai. Tiba-tiba seseorang mengejutkanku dari belakang “Haii Neng Clara!” Itu sudah jelas suara si Kevin yang genit dan menyebalkan. Aku hanya meliriknya dengan sinis dan menuju tempat dudukku di ruang osis, Dan si Kevin tetap mengikutiku di belakang. “Tadi Akang juga bilang apa, Kalau Neng jauh dari Akang pasti langsung ngedrop gitu kna.” Kevin dengan sangat percaya diri berkata seperti itu kepadaku, Belum sempat aku menjawab, Tiba-tiba Zayn sang ketua osis menyingkirkan Kevin dari hadapanku. Memang aku lega karena Kevin tidak menghalangi pemandanganku, Tetapi aku lebih merasa tidak nyaman apabila berhadapan dengan sang ketua osis yang dianggap popular itu.
“Kamu udah baikan Clar?” Tanyanya padaku. Aku hanya mengangguk dan aku sama sekali tidak ingin memandang wajahnya yang sok keren itu. “Clar, pulang bareng aku aja ya, Aku kangen nih sama Ibu, Mbok sama Mamang.” Katanya kepadaku. Akhirnya dengan terpaksa dengan pandangan jengkel aku menatap matanya. “Nggak usah makasih. Aku dijemput Mamang, Kamu nggak usah sok asik gitu deh, Mending kamu mulai rapatnya biar cepat selesai.” Kataku dengan jutek. Sebenarnya Zayn adalah mantanku. Kami berpacaran sejak awal masuk SMA, Sebenarnya dia romantis dan perhatian, Sayangnya dia bersikap seperti itu ke semua wanita alias playboy. Dia mengakhiri hubungan kami karena dia memilih kakak kelas daripada aku. Aku selalu sakit hati apabila mengingat kejadian itu, Setiap aku bertemu dengannya, Aku sangat tidak sudi melihat wajahnya. Tetapi sialnya dia adalah ketua osis, Jadi aku harus berhadapan dengannya setiap ada kumpul osis.
“Jadi kesimpulan rapat kali ini adalah kegiatan berkemah dalam rangka classmeeting diadakan dua minggu lagi, Jangan lupa persiapkan tugas kalian masing-masing.” Kata Zayn mengakhiri perjumpaan rapat osis kali ini. Aku pun segera meninggalkan ruangan osis setelah berpamitan dengan teman-teman osis lainnya. Saat berjalan keluar sekolah, Seseorang menepuk bahuku dari belakang dan itu pasti Kevin. “Aduh Kevin, Aku mau pulang kamu jangan ganggu dong, Aku ini..” pembicaraanku terpotong ketika aku memutar badanku dan ternyata orang yang menepuk bahuku tadi adalah Pria yang membuatku gugup sampai pingsan di kelas.
“Hai, Aku Iqbal. Maaf ya kalau Aku menganggu. Aku hanya ingin memastikan apa kamu sudah baikan?” Katanya dengan ramah sambil mengulurkan tangannya kepadaku. Aku pun membalas uluran tangannya “Aku Clara, Aku nggak kenapa-kenapa kok, Makasih ya sudah menanyakan keadaanku.” Aku tampak malu-malu berbincang denganya. “Ehm, Kamu mau pulang bareng aku? Kebetulan kita searah, Akuk tau rumah kamu kok, Aku tetangga baru kamu.” Astaga.. Lagi-lagi dia membuatku lemas.
“Clar, Pulang bareng aku yuk.” Tiba-tiba Zayn datang memotong pembicaraanku dengan Iqbal. Aku melihat ke jalanan depan sekolah, Mamang belum tampak disana. “Aduh! Aku lupa memberi tahu Mamang kalau aku ada rapat osis, hhnngg daripada pulang bareng Zayn mending aku barengan sama anak sosial ini aja deh.” Gumamku dalam hati. “Sayang, Kamu kok malah ngelamun gitu sih.” Kata Zayn sambil meraih tanganku dan Aku buru-buru menghindar. “Maaf ya Zayn, Aku pulang bareng Iqbal, bye.” Balasku sambil menggandeng tangan Iqbal keluar dari sekolah. Pasti hati Zayn sedang terbakar cemburu karena Aku menggandeng Pria lain di depannya. Aku sangat senang membuatnya cemburu.
“Maaf ya Iqbal kalau Aku tadi gandeng kamu seperti itu, Itu sih supaya Aku terhindar dari si Playboy itu.” Kataku kesal. “Hahaha iya nggak masalah kok. Zayn mantan kamu kan?” Pertanyaan Iqbal membuatku terkejut, “Loh kok kamu tau?” Padahal hubungan dengan Zayn dulu tidak terlalu kami perlihatkan di tempat umum, Aku heran mengapa Iqbal bisa tau hubunganku dengan Zayn. “Hhmm.. Bagaimana kalau aku ceritanya sambil makan, Aku lapar nih, Aku yakin kamu belum makan. Jadi kita bisa makan bareng deh.” Aku semakin heran dengan ajakan Iqbal. “Eh maaf, Aku bukan modus kok tenang aja. Aku traktir deh.” Katanya meyakinkanku. Wajahnya memang naïf, Tutur katanya juga manis, Tapi aku tidak tahu hatinya bagaimana. Karena pada saat itu Aku juga lapar, Jadi aku menerima ajakannya.
Iqbal banyak bercerita tentang hubunganku dengan Zayn, Ternyata dia mengetahui banyak hal dari Aku, Atau jangan-jangan Dia bisa membaca pikiranku. Iqbal juga bercerita tentang dirinya, Dia pindah rumah di daerah rumahku karena rumah sebelumnya terlalu jauh dari sekolah. Aku merasakan kenyamanan yang sangat berlebih dekat dengan Iqbal, Dia sangat baik dan perhatian, Dia dapat membuatku tertawa dan melepaskan penat yang ada pada diriku.
Sebenarnya Aku sudah mengetahui Iqbal dari masa Mos SMA dulu, Aku sering memperhatikannya, Aku juga hampir menyukainya karena Dia murah senyum kepadaku. Tetapi karena pada saat itu Aku masih berpacaran dengan Zayn, Jadi aku membatasi perasaanku.
“Clara, Kamu suka melamun ya, Mikirin apasih? Zayn? Hahaha” Iqbal mengejutkanku dari lamunanku. “Ih nyebelin deh, Nggak kok. Aku kenyang banget. Makasih ya Iqbal.” Balasku dengan manis. “Iya sama-sama, Sekarang kita bisa pulang kan?” Aku menganggukan kepalaku tanda setuju, Kulihat mata Iqbal tampak berbinar-binar saat menatapku, Senyumannya sangat menawan, Entah mengapa saat ini aku menjadi deg deg an. Iqbal mengantarku pulang dengan sepeda motornya, Tanganku memegang pinggang Iqbal dengan kuat. Aku tidak modus, Tapi memang karena Aku takut menaiki sepeda motor besar.
“Iqbal terima kasih ya sudah membelikan Aku makan dan mengantarku pulang. Kamu mau mampir dulu?” Kataku malu-malu, di mataku tampak sebuah kebahagiaan bersama Iqbal. “Eh Neng Clara sudah pulang, Maaf ya Mamang tidak tahu kalau Neng pulang Sore, Tadi Mamang kira Neng pulang sama mas Zayn atau mas Gagah.” Tiba-tiba Mamang datang mengagetkan Aku dan Iqbal di depan rumah. “Aduh, Mamang ngapain sih suka nyebut-nyebut mereka berdua. Bikin Clara males deh.” Kataku cemberut. Tiba-tiba Ibu keluar rumah bersama seorang wanita disampingnya.
“Eh anak Ibu sudah pulang, Ini perkenalkan teman Ibu waktu ibadah umrah dulu yang sering Ibu ceritakan ke Kamu, Namanya Tante Lia.” Aku pun bersalaman dengan Ibu dan wanita disamping Ibu. “Loh Mama ada disini juga?” Sahut Iqbal. “Mama?” Aku kebingungan. “Iya Clara, Iqbal ini anak Tante. Ternyata kalian sudah saling kenal ya. Iqbal dulu juga sering cerita tentang kamu loh.” Kata wanita itu sambil memandangi Aku dan Iqbal. “Aduh Mama ini jangan bicara seperti itulah, Iqbal ceritanya kan udah dulu banget, Sekarang jangan dibahas lagi dong.”Bisik Iqbal kepada wanita itu. Aku hanya tertawa melihat kelakuan Iqbal, Ternyata Dia adalah sosok Pria yang tampaknya kuat tapi masih sering curhat kepada Ibunya.
“Jeng Lia, Liat deh mereka sama-sama sudah besar, Terlihat cocok ya apabila menjadi pasangan.” Kata Ibu membuatku sangat terkejut. “Ih Ibu bercandanya nggak lucu tau.” Sahutku sambil menutupi rasa malu. “Iya dong jeng, Iqbal pasti juga bahagia mendapat gadis impiannya.” Balas Tante Lia sambil mengelus rambutku.
“Mama, Kita pulang yuk. Pasti Papa nyari deh di rumah. Tante, Clara, Kita pulang dulu ya maaf merepotkan.” Pamit Iqbal dengan muka memerah. Aku merasa salah tingkah, Hatiku berdebar-debar, Aku merasa bahagia mendengar perbincangan tadi. Mungkin perasaanku yang dulu sudah kembali lagi, Aku mulai menyukai Iqbal.
Tiba-tiba Aku teringat dulu waktu bersama Zayn, Hampir setiap hari didepan rumah selalu ada kiriman bunga dan surat yang berisikan bahwa Pengirimnya adalah orang yang paling Mengagumi, Menyayangi dan Mencintaiku. Aku mengira bahwa yang memberikan bunga dan surat itu adalah Zayn, tapi ternyata Zayn tidak pernah mengirimkan apa-apa ke rumahku. Sekarang Aku menjadi curiga kepada Iqbal, Dia mengetahui banyak hal tentang Aku, Termasuk rumahku padahal kami tidak saling kenal sebelumnya, Tante Lia juga mengatakan bahwa Iqbal sering bercerita tentang Aku, Bahkan tadi Tante Lia juga menyebut kata “Gadis Impian”. Entah apa maksudnya, Apa mungkin Iqbal menyukaiku? Ah tapi mana mungkin, Aku kan bukan gadis populer di sekolah.
Semenjak hari itu, Aku jadi sering pulang bareng Iqbal, di sekolah kami sering ke kantin berdua, Kami sering belajar bersama walaupun berbeda jurusan. Si Kevin dan Zayn tampak kesal dengan Iqbal, Karena aku lebih sering menghabiskan waktu berduaan dengan Iqbal.
“Iqbal, Aku lapar nih. Kita ke kantin yuk.” Ajakku kepada Iqbal yang sedang serius membaca buku di perpustakaan. “Eh Clara, Kebiasaan deh suka muncul atau ngilang tiba-tiba.” Kata Iqbal sambil mencubit hidungku. “Aduh sakit! Kenapa sih semua orang suka cubitin hidungku.” Kataku sambil pura-pura cemberut. “Karena kamu…” Iqbal memandangku dengan mata berbinar-binar dan tampak serius. Aku mulai berdebaran lagi, Aku menanti kata-kata manis dari Iqbal tentang Aku. “Peseekk!!!” Katanya sambil mencoba menghindar dari cubitanku. “Ih dasar nyebelin!” Aku kesal dan Aku berusaha mengejarnya yang berlari ke arah kantin.
Tiba-tiba Aku menabrak seorang Pria yang ada di kantin dan Aku tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhku sehingga Aku jatuh ke arahnya. Pria itu adalah Zayn, Aku segera bangkit dan meninggalkannya yang masih terjatuh karenaku. “Eh Clara! Tau diri dong! Nabrak orang bukannya bantuin berdiri atau minta maaf malah nyelonong pergi gitu aja!” Teriak Zayn dengan kasar kepadaku. Aku sangat kesal dan sakit hati melihatnya membentakku seperti itu. Aku menangis dan tiba-tiba Iqbal datang memukul Zayn dan berlari memelukku.
“Aku sangat kesal, Dia membentakku, Dia kasar, Dia… Aku membencinya!” Kataku sambil terisak menangis dan meninggalkan kantin, Aku berlari menuju kelas. “Clara kamu kenapa?” Della dan Ika memelukku. “Yah pasti gara-gara si Zayn lah, Jelas saja kalau Zayn jadi kasar sama Clara, Dia kan cemburu liat Clara deket sama si anak Sosial itu.” Sahut Rachel. “Apa maksudmu?” Balas Ika. “Loh kalian belum tau ya, Clara sekarang kan dekat dengan Iqbal. Lihat deh Si Kevin sama si Zayn di buat patah hati. “Apa benar itu Clara?” Della menatapku dengan penuh penasaran. Akhirnya Aku menceritakan hubunganku dengan Iqbal bahwa Aku dan Iqbal hanya berteman dekat. “Hhmm syukurlah, Iqbal baru putus dengan pacarnya, Dan katanya karena ada orang ketiga, Aku kira itu Kamu.” Ika menjelaskan kepadaku. “Ha Iqbal putus karena orang ketiga?” Gumamku dalam hati, Aku merasa tidak enak. “Ika, Mana mungkinlah Clara menjadi orang ketiga dalam hubungan orang lain, Dia kan orangnya terbuka jadi tidak mungkin aneh-aneh seperti itu.” Della membelaku.
“Iyasih kalau sifat memang sifat, Tapi perasaan mana ada yang tahu. Perasaan bisa mengubah segalanya!” Kata Rachel sambil pergi meninggalkan kami. Aku terketuk oleh perkataan Rachel. Aku merasa bersalah, Belakangan ini Iqbal memang sering menghabiskan waktu bersamaku. Sebenarnya Aku juga membuka hatiku untuknya tanpa menyadari bahwa sebenarnya Iqbal sudah memiliki kekasih. Entah mengapa, Tiba-tiba hatiku terasa sangat sakit, Mengapa Iqbal membiarkan Aku berlaku lebih dari teman kepadanya, Mengapa Dia membuat Aku membuka hatiku untuk Dia yang sudah menjadi kekasih orang lain. Aku merasakan perlakuan Iqbal kepadaku lebih dari teman, Sehingga membuatku tidak dapat menjaga perasaanku. Aku tidak dapat menahan kesedihanku, Air mataku sering terbuang mengingat Iqbal. Memang tidak seharusnya Aku menyukai kekasih orang lain. Aku hanyalah sebatas “Secret Admirer”, Mana mungkin Iqbal adalah pengirim dan bunga yang Aku kira itu, Dia kan sudah punya kekasih. Sudah hampir dua minggu Aku dan Iqbal tidak bersama-sama lagi. Aku selalu menghindar darinya. Hingga pada saat pulang sekolah Dia menungguku di depan gerbang sekolah dan menjelaskan semuanya.
“Clara, Aku putus dengan pacarku bukan karena orang ketiga dan Kamu bukan orang ketiga di hubungan kami, Aku mengakhiri hubungan karena Aku tidak pernah mencintainya bahkan menyayanginya sama sekali. Aku masih mengharapkan gadis impianku yang dulu dimiliki oleh orang lain. Aku sangat mencintai dan menyayanginya hingga detik ini. Dulu Aku sering mengirimkan bunga dan surat yang menjelaskan perasaanku, Itu semua karena Aku tidak bisa membohongi diriku sendiri. Maafkan Aku Clara.” Penjelasan Iqbal membuatku terbelalak dan terkejut. “Jadi selama ini itu..” Perkataanku terpotong oleh Iqbal, “Iya itu semua Aku, Aku sangat menyayangimu Clara, Maafkan Aku.” Aku menamparnya, “Mengapa Kamu tidak jujur di awal? Setidaknya Aku tidak perlu menjadi secret admirer!” Kataku dengan mata yang berbinar-binar menatap Iqbal. “Secret admirer? Jadi kita sama-sama Secret admirer dong ya..” Kata Iqbal sambil mencubit hidungku. Aku langsung memeluknya, Aku sangat bahagia, Semenjak bersama Iqbal Aku tidak merasakan kesedihan lagi, Dia selalu hadir membawa kebahagiaan untukku, “Aku juga menyayangimu Iqbal, Bahkan lebih dari yang kau rasa.” Bisikku dalam pelukan Iqbal.



-Tamat-


# Selamat membaca :)) Cerpen ini Saya buat karena Saya mengagumi Negara asing dan sekarang Saya sadar bahwa Tanah Air Saya jauh lebih kaya dan istimewa dibanding Negara asing yang sering saya impikan.


 Tanah Sehidup Semati
Namaku Lara, Aku berusia 21 tahun dan aku baru saja menyelesaikan kuliahku. Hari ini adalah hari terakhir di bulan Januari tahun 2014, Hari ini juga hari terakhirku berkumpul bersama teman-teman kampusku. Beberapa minggu yang lalu aku baru saja menyelesaikan kelengkapan passport dan visa untuk perjalananku ke Inggris. Inggris adalah negara kesukaanku setelah Indonesia dan Arab, Rasanya perjalananku ke Inggris ini seperti mimpi. Hampir setiap hari aku memimpikan untuk dapat hidup di Inggris. Aku pergi ke negara yang penuh dengan kemewahan itu dengan teman-teman SMA-ku.
            “Apa kalian tau, bahwa ini adalah mimpi terbesarku yang pertama kali terkabulkan, bukan hanya aku yang akan tinggal di negara Inggris, Tetapi kalian sahabatku di masa SMA juga.” Kata Sary dengan mimik wajah sumringah. “Kalian ingat dulu waktu SMA, Kita sering berkhayal tentang Inggris, Tapi ini bukan khayalan lagi kita sedang menuju Inggris sekarang, Ini semua karena prestasi, bakat dan tabungan yang sudah kita jaga dan kita kembangkan sejak SMA.” Kata Tia yang membuatku terharu.
            Perbincangan kami terpotong oleh pramugari yang menyajikan makan siang. Kulihat Sary dan Tia makan dengan sangat lahap, Sedangkan aku tidak terlalu menikmati makan siangku karena aku sangat gugup pada saat itu. Kulihat di monitor yang ada di tempat dudukku perjalanan menuju Inggris tinggal setengah jam. Detak jantungku semakin tak karuan. Aku gugup, bangga, bahagia dan terharu, Semuanya tercampur menjadi satu.
            Akhirnya kami pun tiba di Heathrow Airport, London. Sungguh indah sekali tempat ini, Lingkungannya juga bersih. Pada saat itu sedang musim dingin, beruntungnya aku sudah menggunakan baju hangat saat berangkat.
            Beberapa bulan aku tinggal di London bersama Sary dan Tia, Aku sudah mendapatkan banyak teman baru disana, Mereka mudah bergaul dengan orang baru seperti aku dan teman-temanku. Aku satu tempat tinggal dengan Sary dan Tia. Sebenarnya kami kesini bukan untuk berlibur. Kami melanjutkan kuliah disini. Di pagi hari kami kuliah dan sepulang dari kampus aku bekerja di toko Roti di Bradford, Sary bekerja di restaurant ternama di Bradford, Sedangkan Tia menjadi guru bahasa di salah satu sekolah dasar Bradford.
            Setidaknya penghasilan kerja sampinganku masih dapat memenuhi kebutuhanku disini. Hari demi hari kulalui dengan kebahagiaan yang tak pernah berujung, Aku sangat bahagia tinggal di negeri orang ini. Makanan yang lezat, pesta setiap minggu dan teman-teman baru yang menyenangkan.
            Pagi ini seperti biasanya, aku berangkat ke kampus menaikki bus umum. Saat di bus aku berdiri karena kursi penumpang sudah penuh, Seorang pria mempersilahkan aku untuk duduk di bangkunya. “Thank you” kataku sambil tersenyum manis, “You are welcome miss” balasnya
dengan ramah. Ternyata apa yang dibilang orang-orang itu tidak benar, katanya orang bule itu sombong, cuek, dan acuh, tetapi aku tidak menemukan hal macam itu disini.
           
Setibanya di kampus, Aku bergegas menuju ruanganku untuk mengikuti mata kuliah hari ini, Aku mengambil jurusan public relation. Aku menghabiskan waktu untuk belajar di kampus selama kurang lebih 5 jam, Setelah itu aku menuju tempat kerjaku di “Bradford bread”.
            “Hello miss” sapa seorang pria yang datang menghampiri aku yang sedang menata roti. Ternyata itu adalah pria yang tadi kujumpai di bus. Aku membalas sapanya dan mengajaknya untuk menikmati
enaknya roti buatanku dan ditemani dengan secangkir teh hangat. Rupanya aku mendapat teman baru lagi, Namanya adalah Cio Manassero, dia berasal dari Portugis, Dia sedang melanjutkan kuliahnya di
Inggris sama sepertiku. Aku bercerita banyak tentang negara asalku dan sepertinya dia tertarik. Hampir setengah jam kami berbincang-bincang dan aku harus melanjutkan pekerjaanku.-
            “Hhuuhh capeknya…” Gumamku sambil membaringkan badanku di kasur kecilku, kulihat Tia sudah tertidur pulas sedangkan Sary masih mengerjakan tugas kuliahnya. “Sary, aku tadi berkenalan dengan orang Portugis namanya Cio, dia sama seperti kita. Pergi ke tempat ini untuk mewujudkan mimpi masa SMA-nya dulu.” Aku mulai bercerita tentang perkenalanku dengan Cio tadi sore.           
            “Oh, Lalu kenapa? Kamu suka?” Balas Sary dengan ekspresi wajah mengejek. “Aduh.. Bukan itu. Tadi aku sempat bercerita tentang Indonesia, Dan dia sangat tertarik dengan Indonesia.” Kataku sambil melempar bantal ke arah Sary. “Ya aku tau, setiap orang asing yang membahas tentang Indonesia pasti mereka akan tertarik dengan Indonesia.” Kata Sary sambil meneruskan perkerjaanya. “Iyasih, tapi kok bisa?”.
            “Indonesia kan memiliki kebudayaan yang beragam, Indonesia juga memiliki perbedaan yang membuat mereka bersatu, Itu adalah hal yang tidak pernah dimiliki oleh negara manapun.” Jelas Sary padaku. “Iya benar! Tapi kebanyakan dari orang-orang bule sih taunya Indonesia ya cuma Bali. Sudah ah aku mau tidur, besok aku ada seminar di kampus.” Aku menutup perbincangan dan membiarkan mataku terpejam sejenak.
            Keesokan harinya saat di kampus, aku mendapat telepon dari Tia. Tia sedang demam tinggi, aku menyuruh Sary untuk pulang lebih awal karena aku masih harus mengikuti seminar. Sepulang dari seminar, aku pergi ke tempat kerjaku untuk ijin tidak bekerja pada hari itu karena Tia sedang demam tinggi.
            “Lara, kamu lama sekali sih.” Kata Sary tampak marah kepadaku. Kulihat Tia tidak ada di rumah, Ternyata beberapa jam yang lalu dia pergi ke Bandara bersama Ashton, temannya. “Ha? Mau kemana Tia? Katanya sakit?” Aku kebingungan. “Iya, dia minta pulang ke Indonesia. Aku benar-benar cemas dan bingung, Untungnya Ashton mau menemani dia pulang, Kamu sih kelamaan.”. Aku merasa sangat bersalah, Tia pulang tanpa sepengetahuanku. Padahal aku yang paling tua diantara mereka, seharusnya aku menjaga mereka, aku sangat merasa bersalah.
            Malam harinya aku tidak bisa tidur, Aku masih memikirkan Tia, Aku sangat cemas. “Ra, kamu tidur dong, Jangan gelisah seperti itu, Ini kamu minum ya.” Sary menghampiriku sambil
membawakan segelas susu coklat untukku. “Terima kasih, Aku tidak enak ke Tia. Aku tidak ada disampingnya saat dia sakit.”
            “Sudahlah, Tia pasti mengerti kalau kamu sibuk. Dia pulang bukan karena marah, tapi memang dia merindukan keluarganya disana.” Mendengar jawaban Sary aku menjadi sedikit lega, Perlahan mataku mulai berat dan aku pun terlelap di malam yang sangat dingin itu.
            Keesokan paginya, Badanku terasa lebih dingin daripada biasanya, Aku menggigil Dan suhu tubuhku naik, aku merasa sangat lemas. Hari ini aku tidak bisa beraktifitas seperti biasanya Karena aku demam akibat terlalu lelah. “Ra, aku berangkat dulu ya. Ini makanan sama susu coklat kesukaan kamu, Aku taruh disini ya, Semoga cepat sembuh.” Sary menyiapkan semuanya untukku, Aku kembali teringat kepada Tia, aku masih merasa bersalah.
           
Aku mencoba menghubungi Tia tetapi tidak ada balasan, hal ini membuatku menjadi cemas. “Apa Tia marah kepadaku ya? Kemarin aku benar-benar sibuk, Aku tidak bisa meninggalkan seminarku karena aku yang menjadi ketua disana, Kemarin seharusnya aku juga harus membuat roti pesanan pelanggan, Tapi aku pulang lebih awal juga demi Tia, Seharusnya Tia memaklumi dong!” gumamku dalam hati. “Tingtong…” suara bel rumah berbunyi, dengan kondisi yang masih lemas, aku berjalan menuju pintu dan menyambut tamu tersebut. “Hello Lara.” Sapa Cio sambil membawakan sebungkus makanan dan obat untukku.
            Lagi-lagi Cio ingin aku bercerita tentang Indonesia, Dan aku pun menceritakannya, Dia mendengarkan ceritaku dengan penuh kekaguman, Aku pun menanyakan mengapa dia sangat tertarik dengan ceritaku. “ Saya suka Indonesia” jawabannya membuatku terkejut, Bagaimana dia bisa berbahasa Indonesia. Ternyata Cio sering mempelajari tentang Indonesia lewat Internet dan dia juga suka berkomunikasi dengan orang Indonesia seperti aku. Aku menganggukan kepala.
            Dan yang membuatku lebih terkejut lagi adalah Cio pernah kursus Bahasa Indonesia di Tia. Ternyata Tia tidak hanya mengajarkan Bahasa hanya kepada anak SD saja, Tetapi untuk orang-orang yang berminat dia bersedia untuk mengajarkan. “Wah cerdas sekali Tia” Gumamku dalam hati.
            Tidak terasa berjam-jam kami berbincang-bincang hingga Sary tiba. Aku memperkenalkan Cio pada Sary. Cio pun menjadi teman baik kami. “Cio ingin pindah ke Indonesia?” Aku dan Sary terkejut mendengar pernyataan Cio. Dia mengakui bahwa Indonesia adalah negara yang kaya alamnya dan budayanya, Orang-orangnya juga ramah, Orang Indonesia sangat perhatian, Mereka tidak egois dan akan saling bergotong royong. Cio ingin hidup di tengah-tengah kehidupan yang seperti itu.
            Hatiku sangat terketuk mendengar penjelasan Cio. Dia beranggapan bahwa orang Indonesia sangat baik dan dia menyukai kehidupan di Indonesia. Aku baru menyadari bahwa tidak ada yang seindah tanah air sendiri, kekayaan alam yang berlimpah dan budaya yang beragam membuatku semakin merindukan tanah airku. Selama ini aku bersifat kebarat-baratan, Aku egois, Tidak memikirkan teman yang sedang sakit, Aku selalu sibuk dengan urusanku
sendiri, Dan aku tidak pernah puas dengan apa yang kudapat selama ini, bahkan aku mengacuhkan temanku sendiri, Padahal mereka selalu ada disaat aku terjatuh.
           
Cio telah membuka mata hatiku, “Beberapa bulan nanti setelah aku menyelesaikan kuliahku , aku akan pulang ke Indonesia dan aku akan mengabulkan keinginan Cio untuk tinggal di Indonesia, aku janji!.” Janjiku didepan Sary dan Cio “Aku juga.” Kata Sary memegang tanganku. “Oh ya satu lagi. Aku akan minta maaf kepada Tia atas kejadian kemarin dan aku tidak akan bersikap egois yang akan membuat sahabatku teracuhkan.” Kami pun saling berpelukan.
            Beberapa bulan kemudian…
            “Welcome to Indonesia Cio!!” Kataku dan Sary kompak, kami sudah menyelesaikan kuliah kami di Inggris, dan sesuai janji kami kembali ke tanah air tercinta dan menjadi orang Indonesia yang sesungguhnya. Hingga detik ini aku masih sangat mencintai tanah airku ini, Inggris yang mewah tidak ada apa-apanya dibanding dengan negeriku ini. Dilihat dari atas pesawat, Inggris lebih banyak gedung-gedung dan Indonesia lebih banyak sawah dan hutan yang termasuk kekayaan alam milik tanah airku.
           
Sejak saat itu juga, aku merubah sikapku yang terobsesi dengan orang barat yang egois dan cuek. Aku selalu memberi dan membalas perhatian yang diberi oleh teman-temanku. Aku bahagia dengan diriku yang apa adanya yang tanpa berperilaku menjadi seperti orang lain. Aku lebih bangga tinggal di Indonesia, aku bekerja untuk kemajuan bangsaku dan aku bersusah payah untuk melawan kebodohan dan kemiskinan di tanah airku. Aku lahir atas tanah ini dan aku pun akan akan mati di bawah tanah ini.
-TAMAT-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar